SEJARAH GEREJA HKBP
(Huria Kristen Batak Protestan)
Oleh : Arthur Aritonang (Sekolah Tinggi Teologi Cipanas)
1.
Pendahuluan
(Profil Singkat Gereja HKBP)
Huria
Kristen Batak Protestan
|
|
Klasifikasi
|
|
Pimpinan
Gereja
|
Pdt. W.T.P.
Simarmata, M.A
|
Wilayah
Penyebaran
|
|
Situs
web resmi
|
|
Perkembangan
|
|
Didirikan
|
|
Statistik
|
|
Anggota
|
+4,500,000
|
Huria Kristen Batak Protestan (disingkat HKBP) adalah gereja Protestan terbesar di
kalangan masyarakat Batak, bahkan
juga di antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia, dan menjadikannya
pula organisasi keagamaan terbesar ketiga setelah Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah. Gereja ini tumbuh dari misi RMG (Rheinische Missionsgesellschaft) dari Jerman dan resmi berdiri pada 7 Oktober 1861. Saat ini, HKBP memiliki jemaat
sekitar 4.5 juta anggota di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai beberapa
gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, Seattle dan di
negara bagian Colorado. Meski
memakai nama Batak, HKBP juga terbuka bagi suku bangsa lainnya. Sejak
pertama kali berdiri, HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang
berjarak sekitar 1 km dari pusat kota Tarutung, ibu kota
kabupaten tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang
jalan menuju kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Kompleks perkantoran HKBP, pusat
administrasi organisasi HKBP, berada dalam area lebih kurang 20 hektar. Di
kompleks ini juga Ephorus (uskup)
sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor. HKBP adalah anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI),
anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan anggota Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD). Sebagai gereja yang
berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga
menjadi anggota dari Federasi Lutheran se-Dunia (Lutheran World Federation) yang
berpusat di Jenewa, Swiss. [1]
HKBP bergabung dengan LWF pada tahun 1950 karena pada waktu itu HKBP mengalami
krisis keuangan, sehingga LWF membantu gereja tersebut. Dalam kubu HKBP sendiri
HKBP merasa berhutang budi terhadap LWF, hal itu membuat HKBP mendaftarkan
dirinya bergabung dengan LWF.[2]
1.1
Struktur Organisasi Gereja HKBP.
Organisasi Gereja HKBP ini dibentuk
oleh badan zending RMG, yang menganut sistem pemerintahan Episkopal Synodal.
2.
Pembahasan
2.1 Sejarah Tokoh Pekabaran Injil
Ludwig Ingwer Nommensen (di daerah Batak dikenal sebagai Ingwer Ludwig Nommensen atau I.L. Nommensen; lahir di Nordstrand, Denmark (kini Jerman), 6 Februari 1834 meninggal di Sigumpar, Toba Samosir, 23 Mei 1918 pada umur 84 tahun) adalah seorang
penyebar agama Kristen Protestan di antara suku Batak, Sumatera Utara. yang
berasal dari Jerman, tetapi
lebih dikenal di Indonesia. Hasil dari
pekerjaannya ialah berdirinya sebuah gereja terbesar di tengah-tengah suku
bangsa Batak Toba yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).[3]
Sebelum kematiannya Nommensen sangat berjasa dalam pekerjaan penginjilan, maka
pimpinan RMG, pada tahun 1881,mengangkat
Nommensen sebagai Ephorus. Jabatan
ini diembannya sampai akhir hidupnya. Di hari ulang tahunnya yang ke-70,
Nommensen mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Bonn. Pada tahun
1911, ia
memperoleh penghargaan Kerajaan Belanda dengan diangkat sebagai Officer Ordo Oranye-Nassau. Ia pun
akhirnya mendapat gelar sebagai Rasul Orang Batak.[4]
2.2
Penyebaran Injil Awal di Tanah Batak
Beberapa sumber mencatat bahwa pengkabaran Injil di tanah Batak dimulai
semenjak Pendeta Ward dan Pendeta Barton dari Gereja Baptis Inggris meyebarkan Injil.
Usaha pengkabaran Injil di tanah
Batak dimulai kembali pada tahun 1834 dengan diutusnya Pdt Samuel Munson
dan Pdt Henry Lyman dari badan Zending di Boston. Usaha ini mengalami kegagalan di
saat kedua missionaris tersebut mati martir di Lobu Pining (Tapanuli Utara).[5]
Sehingga dilanjutkan oleh Nommensen. Pada usia 20 tahun, Nommensen berangkat ke
Barmen (sekarang Wuppertal) untuk
melamar menjadi penginjil.Selama empat tahun ia belajar di seminari zending
Lutheran Rheinische Missionsgesellschaft (RMG). Sesudah
lulus, ia kemudian ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1861. Ia ditugaskan oleh RMG ke Sumatra
dan tiba pada tanggal 14 Mei 1862 di Padang. Ia memulai
misinya di Barus dengan harapan akan mendapatkan izin untuk menetap di
daerah Toba.[6]
Semenjak itulah Nommensen mulai melakukan misinya dengan tekat memberitakan
Injil ke tanah Batak. Pembahasa mengenai misi yang dilakukan oleh Nommensen
akan dibahas di point berikutnya.
2.3 Ringkasan kronologi Nommensen
dalam melakukan Pekabaran Injil dan Motivasi masyarakat Batak memilih Kristen.
Dr. I.L Nommensen belajar bahasa batak di daerah Sipirok selama 1 tahun.
Setelah beliau menguasai bahasa batak, lalu dia menterjemahkan Alkitab dari
bahasa asing ke bahasa batak toba. Dalam perjalananya Nommensen tiba disuatu
desa yang benama desa Saitnihuta di mana pada saat itu terdapat seorang
pemimpin suku desa itu bernama Raja Pontas Tobing. Pada waktu tiba Nommensen
dicuragai orang Belanda yang adalah seorang penjajah oleh masyarakat kampung
tersebut, karena orang bule berkulit putih. Mereka berdialog dengan Nommensen
menggunakan bahasa batak toba. Ternyata karena Nommensen sudah bisa bahasa
batak meskipun dalam pengucapannya/ logatnya masih terbawa bahasa aslinya yakni
bahasa Jerman, sehingga masyarakat tersebut menganggap bahwa Nommensen bukanlah
penjajah, dia adalah saudara sesukunya batak, karena dia bisa berbahasa batak.
Di saat itulah Nommensen diajak bertemu dan menginap di rumah Raja Pontas
selama 3 bulan, setibanya dirumahnya Nommensen melihat Istrinya Raja Pontas
sedang sakit yang pada keyakinan mereka pada saat itu, ketika mengalami sakit
mereka sedang dirasuki oleh roh-roh nenek moyang mereka. tetapi Nommensen
mengetahui bahwa sakit tersebut adalah sakit Muntaber, jika diketahui sebelum
Nommensen pergi ke tanah batak, dari Jerman Nommensen membawa obat-obatan
sehingga ketika dia melihat istri dari Raja Pontas sakit, Nommensen memberikan
obat muntaber kepada istri Raja Pontas selang beberapa hari istrinya itu
sembuh. Pelayanan Nommensen tidak hanya sampai situ saja, singkat ceritanya
terjadi perstiwa busung lapar dan sakit
pencernaan yang kurang baik di masyarakat desa tersebut, disaat itu jugalah
Nommensen memberikan obat-obatan kepada masyarakat desa tersebut, melalui
obat-obatan yang diberikan, mereka mengalami kesembuhan. Selama 1 tahun
Nommensen melakukan pendekatan kepada masyarakat batak dengan melakukan
pelayanan diakonia, sehingga Nommensen merasa diterima. Sesudah itu waktunya
Nommensen melakukan tindakan yaitu pemberitaan Firman, agar mereka dapat
mengenal Firman Tuhan sampai kepada masyarakat batak tersebut. Nommensen
melakukan dialog kepada masyarkat batak dengan didampingi oleh Raja Pontas,
Nommensen : Siapakah Tuhan kalian?
Masyarakat : Bahwa Tuhan kami itu adalah Jahoba
Mulajadinabolon.
Nommensen : Tuhan kita sama Jahoba, tetapi Tuhan saya
lebih hebat dari pada kalian, sehingga mereka mengatakan buktinya kalian dapat
sembuh dari setiap penyakit.
Dari mulai itulah mereka percaya kepada Jahoba Debata. Dari kejadian itulah
berkat didampingin oleh Raja Pontas yang mempunyai pengaruh Politik di desa
tersebut otomatis rakyat mengikutinya, jika Rajanya percaya maka masyrakatnya
percaya. Singkat ceritanya Nommensen mengetahui bahwa ajaran Islam mulai
mempengaruhi masyarakat batak melalui jalur perdagangan dan berdakwa, sehingga
Nommensen dengan cepat melakukan tindakan baptisan masal yakni dengan cara
dipercik, kepada masyarakat tersebut meskipun mereka pada waktu itu belum
sepenuhnya percaya. Nommensen melakukan seperti itu agar misi PI sukses.
Pelayanan Nommensen tidak hanya sampai pada itu saja, Nommensen membuat semacam
kelas belajar, agar masyarakat batak dapat membaca abjad bahasa batak, agar
Firman Tuhan dapat dimengerti, karena orang batak semasa itu masih buta huruf
mengenai abjad. Kesimpulanya ada 3 point yang dilakukan Nommensen dalam melakukan
Pekabaran Injil yakni kesehatan, agama, dan pendidikan.[7]
2.4 Sejarah waktu Singkat Gereja HKBP.[8]
1. Siapa Penginjil Pertama di Tanah
Batak?
·
Pada tahun 1834 Pdt. Samuel Munson dan Pdt. Hendy Lyman datang ke tanah Batak disuruh oleh Persekutuan Zending Boston, akan
tetapi mereka dibunuh di desa Lobu Pinang
2. Badan
Misi Pekabaran Injil di Tanah Batak.
·
7 Oktober 1861 Pelayanan Rheinische Mission dari
Jerman dimulai di Tanah Batak dan merupakan hari lahirnya Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP), ditandai dengan berundingnya empat orang Missionaris, Pdt.
Heine, Pdt. J.C. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt membicarakan pembagian
wilayah pelayanan di Tapanuli.
3. Misi
Nommensen di Pulau Sumatra.
·
Pada Tanggal 14 Mei 1862 Nommensen memulai
pelayanannya di Pandang dan diteruskan perjalannya ke tanah Batak.
4. Orang
Batak yang dibaptis pertama.
·
25 Desember 1864 Pembaptisan Pertama kepada 3 orang di
Gereja HKBP Sipirok, yaitu Thomas Siregar, Pilipus Harahap dan Johannes Hutabarat.
5. Orang
Batak yang mengikuti Sekolah Pendeta
·
Pada Tahun 1883
Sekolah Pendeta Pertama dibuka dan 4 orang putera Batak pertama untuk
Sekolah Pendeta, yaitu : Johannes Siregar, Markus Siregar, Petrus Nasution dan
Johannes Sitompul. Tetapi, Johannes Sitompul wafat sebelum menyelesaikan
studinya.
6. Orang
Batak yang ditahbiskan menjadi Pendeta.
·
19 Juli 1885 Pemberkatan Pendeta Batak yang pertama di
HKBP Pearaja, yakni : Johannes Siregar, Markus Siregar, Petrus Nasution.
5. Ephorus orang Batak yang memimpin HKBP
·
Pada Tahun 10 Mei 1940 semua Pendeta Jerman yang
melayani di HKBP dipenjarakan Pemerintah Belanda Bulan Mei s/d Juli Ds. de Kleine
menjadi Pejabat Ephorus. 10-11 Juli : Sinode Godang, Pdt. K. Sirait dipilih
menjadi Voorzitter (Ephorus ) yang pertama dari Pendeta Batak.
3.1 Kesimpulan
Gereja HKBP yang saat ini berusia 152 Tahun, dan masih tetap ada sampai
sekarang merupakan sebuah bentuk pemeliharan Tuhan terhadap Gereja HKBP.
Tentunya berdirinya Gereja HKBP tidak terlepas dari Sejarah Pekabaran Injil di
Tanah Batak. Badan Zending RMG adalah sebuah lembaga yang dahulunya pernah
memberikan kontribusi besar lewat pengutusan para misionaris-misionaris yang
terbeban dengan suku batak yang belum dijangkau oleh Injil, sehingga lewat
kerja keras dan keinginan kuat para misionaris berhasil memenagkan jiwa-jiwa
suku masyarakat batak, salah satunya tokohnya yakni Rev. Dr. IL. Nommensen yang
diberikan gelar oleh masyarakat batak yaitu Rasul orang Batak. Dalam
perkembangan HKBP menjadi gereja yang mampu berdiri sendiri tanpa lagi
ketergantungannya dengan badan misi RMG, sehubungan dengan itu juga kemandirian
dan keesaan HKBP mengalami krisis, sehingga di dalam kubu HKBP terpecah yang
artinya memisahkan diri menjadi beberapa gereja yakni GKPS, GKPI dan GKLI.
DAFTAR PUSTAKA
Den End,
Van, th. 1993. Ragi Carita 2.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Willem F.D.
1987. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh
Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
www.
http//wikipedia. sejarah HKBP.html
[1]
:http://batak.blogspot.com/2003/11/sejarah-berdirinya-hkbp.html
diakses: Kamis, 28 Febuari 2013 Pukul: 18.00
[2] Kuliah Sejarah Gereja 4 di
kampus STTCipanas, yang diampu oleh dosen tetap: Pdt. Leonard Hale, hari Selasa,
16.00-17.30 wib.
[3] F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1987, Hal. 198.
[5] www. http//wikipedia. sejarah HKBP, diakses: Kamis: 28 Febuari
2013, pukul. 18.20.
[7] Diskusi antara Andre mahasiswa
pascasarjan program Magister Teologi (M.Th) asal denominasi Gereja HKI (Huria
Kristen Indonesia) bersama dengan arthur aritonang (HKBP) yang adalah mahasiswa
STTCipanas. Selasa, pukul: 15.30