Sondag 31 Maart 2013

SEJARAH GEREJA


SEJARAH GEREJA HKBP
(Huria Kristen Batak Protestan)
Oleh    : Arthur Aritonang (Sekolah Tinggi Teologi Cipanas)
1.      Pendahuluan (Profil Singkat Gereja HKBP)
Huria Kristen Batak Protestan
HKBP.jpg
Logo HKBP
Klasifikasi
Pimpinan Gereja
Pdt. W.T.P. Simarmata, M.A
Wilayah Penyebaran
Situs web resmi
Perkembangan

Didirikan
Statistik

Anggota
+4,500,000

Huria Kristen Batak Protestan (disingkat HKBP) adalah gereja Protestan terbesar di kalangan masyarakat Batak, bahkan juga di antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia, dan menjadikannya pula organisasi keagamaan terbesar ketiga setelah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Gereja ini tumbuh dari misi RMG (Rheinische Missionsgesellschaft) dari Jerman dan resmi berdiri pada 7 Oktober 1861. Saat ini, HKBP memiliki jemaat sekitar 4.5 juta anggota di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Colorado. Meski memakai nama Batak, HKBP juga terbuka bagi suku bangsa lainnya. Sejak pertama kali berdiri, HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang berjarak sekitar 1 km dari pusat kota Tarutung, ibu kota kabupaten tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Kompleks perkantoran HKBP, pusat administrasi organisasi HKBP, berada dalam area lebih kurang 20 hektar. Di kompleks ini juga Ephorus (uskup) sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor. HKBP adalah anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan anggota Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD). Sebagai gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga menjadi anggota dari Federasi Lutheran se-Dunia (Lutheran World Federation) yang berpusat di Jenewa, Swiss. [1] HKBP bergabung dengan LWF pada tahun 1950 karena pada waktu itu HKBP mengalami krisis keuangan, sehingga LWF membantu gereja tersebut. Dalam kubu HKBP sendiri HKBP merasa berhutang budi terhadap LWF, hal itu membuat HKBP mendaftarkan dirinya bergabung dengan LWF.[2]
1.1 Struktur Organisasi Gereja HKBP.
Organisasi Gereja HKBP ini dibentuk oleh badan zending RMG, yang menganut sistem pemerintahan Episkopal Synodal.
2.      Pembahasan
2.1  Sejarah Tokoh Pekabaran Injil
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/88/Nommensen.jpg/220px-Nommensen.jpg 
Ludwig Ingwer Nommensen (di daerah Batak dikenal sebagai Ingwer Ludwig Nommensen atau I.L. Nommensen; lahir di Nordstrand, Denmark (kini Jerman), 6 Februari 1834 meninggal di Sigumpar, Toba Samosir, 23 Mei 1918 pada umur 84 tahun) adalah seorang penyebar agama Kristen Protestan di antara suku Batak, Sumatera Utara. yang berasal dari Jerman, tetapi lebih dikenal di Indonesia. Hasil dari pekerjaannya ialah berdirinya sebuah gereja terbesar di tengah-tengah suku bangsa Batak Toba yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).[3] Sebelum kematiannya Nommensen sangat berjasa dalam pekerjaan penginjilan, maka pimpinan RMG, pada tahun 1881,mengangkat Nommensen sebagai Ephorus. Jabatan ini diembannya sampai akhir hidupnya. Di hari ulang tahunnya yang ke-70, Nommensen mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Bonn. Pada tahun 1911, ia memperoleh penghargaan Kerajaan Belanda dengan diangkat sebagai Officer Ordo Oranye-Nassau. Ia pun akhirnya mendapat gelar sebagai Rasul Orang Batak.[4]
2.2 Penyebaran Injil Awal di Tanah Batak
Beberapa sumber mencatat bahwa pengkabaran Injil di tanah Batak dimulai semenjak Pendeta Ward dan Pendeta Barton dari Gereja Baptis Inggris meyebarkan Injil. Usaha pengkabaran Injil di tanah Batak dimulai kembali pada tahun 1834 dengan diutusnya Pdt Samuel Munson dan Pdt Henry Lyman dari badan Zending di Boston. Usaha ini mengalami kegagalan di saat kedua missionaris tersebut mati martir di Lobu Pining (Tapanuli Utara).[5] Sehingga dilanjutkan oleh Nommensen. Pada usia 20 tahun, Nommensen berangkat ke Barmen (sekarang Wuppertal) untuk melamar menjadi penginjil.Selama empat tahun ia belajar di seminari zending Lutheran Rheinische Missionsgesellschaft (RMG). Sesudah lulus, ia kemudian ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1861. Ia ditugaskan oleh RMG ke Sumatra dan tiba pada tanggal 14 Mei 1862 di Padang. Ia memulai misinya di Barus dengan harapan akan mendapatkan izin untuk menetap di daerah Toba.[6] Semenjak itulah Nommensen mulai melakukan misinya dengan tekat memberitakan Injil ke tanah Batak. Pembahasa mengenai misi yang dilakukan oleh Nommensen akan dibahas di point berikutnya.
          2.3 Ringkasan kronologi Nommensen dalam melakukan Pekabaran Injil dan Motivasi masyarakat Batak memilih Kristen.
Dr. I.L Nommensen belajar bahasa batak di daerah Sipirok selama 1 tahun. Setelah beliau menguasai bahasa batak, lalu dia menterjemahkan Alkitab dari bahasa asing ke bahasa batak toba. Dalam perjalananya Nommensen tiba disuatu desa yang benama desa Saitnihuta di mana pada saat itu terdapat seorang pemimpin suku desa itu bernama Raja Pontas Tobing. Pada waktu tiba Nommensen dicuragai orang Belanda yang adalah seorang penjajah oleh masyarakat kampung tersebut, karena orang bule berkulit putih. Mereka berdialog dengan Nommensen menggunakan bahasa batak toba. Ternyata karena Nommensen sudah bisa bahasa batak meskipun dalam pengucapannya/ logatnya masih terbawa bahasa aslinya yakni bahasa Jerman, sehingga masyarakat tersebut menganggap bahwa Nommensen bukanlah penjajah, dia adalah saudara sesukunya batak, karena dia bisa berbahasa batak. Di saat itulah Nommensen diajak bertemu dan menginap di rumah Raja Pontas selama 3 bulan, setibanya dirumahnya Nommensen melihat Istrinya Raja Pontas sedang sakit yang pada keyakinan mereka pada saat itu, ketika mengalami sakit mereka sedang dirasuki oleh roh-roh nenek moyang mereka. tetapi Nommensen mengetahui bahwa sakit tersebut adalah sakit Muntaber, jika diketahui sebelum Nommensen pergi ke tanah batak, dari Jerman Nommensen membawa obat-obatan sehingga ketika dia melihat istri dari Raja Pontas sakit, Nommensen memberikan obat muntaber kepada istri Raja Pontas selang beberapa hari istrinya itu sembuh. Pelayanan Nommensen tidak hanya sampai situ saja, singkat ceritanya terjadi perstiwa busung lapar dan  sakit pencernaan yang kurang baik di masyarakat desa tersebut, disaat itu jugalah Nommensen memberikan obat-obatan kepada masyarakat desa tersebut, melalui obat-obatan yang diberikan, mereka mengalami kesembuhan. Selama 1 tahun Nommensen melakukan pendekatan kepada masyarakat batak dengan melakukan pelayanan diakonia, sehingga Nommensen merasa diterima. Sesudah itu waktunya Nommensen melakukan tindakan yaitu pemberitaan Firman, agar mereka dapat mengenal Firman Tuhan sampai kepada masyarakat batak tersebut. Nommensen melakukan dialog kepada masyarkat batak dengan didampingi oleh Raja Pontas,
Nommensen    : Siapakah Tuhan kalian?
Masyarakat     : Bahwa Tuhan kami itu adalah Jahoba Mulajadinabolon.
Nommensen    : Tuhan kita sama Jahoba, tetapi Tuhan saya lebih hebat dari pada kalian, sehingga mereka mengatakan buktinya kalian dapat sembuh dari setiap penyakit.
Dari mulai itulah mereka percaya kepada Jahoba Debata. Dari kejadian itulah berkat didampingin oleh Raja Pontas yang mempunyai pengaruh Politik di desa tersebut otomatis rakyat mengikutinya, jika Rajanya percaya maka masyrakatnya percaya. Singkat ceritanya Nommensen mengetahui bahwa ajaran Islam mulai mempengaruhi masyarakat batak melalui jalur perdagangan dan berdakwa, sehingga Nommensen dengan cepat melakukan tindakan baptisan masal yakni dengan cara dipercik, kepada masyarakat tersebut meskipun mereka pada waktu itu belum sepenuhnya percaya. Nommensen melakukan seperti itu agar misi PI sukses. Pelayanan Nommensen tidak hanya sampai pada itu saja, Nommensen membuat semacam kelas belajar, agar masyarakat batak dapat membaca abjad bahasa batak, agar Firman Tuhan dapat dimengerti, karena orang batak semasa itu masih buta huruf mengenai abjad. Kesimpulanya ada 3 point yang dilakukan Nommensen dalam melakukan Pekabaran Injil yakni kesehatan, agama, dan pendidikan.[7]
2.4  Sejarah waktu Singkat Gereja HKBP.[8]
1. Siapa Penginjil Pertama di Tanah Batak?
·         Pada tahun 1834 Pdt. Samuel Munson dan Pdt. Hendy Lyman datang ke tanah Batak disuruh oleh Persekutuan Zending Boston, akan tetapi mereka dibunuh di desa Lobu Pinang

2. Badan Misi Pekabaran Injil di Tanah Batak.
·         7 Oktober 1861 Pelayanan Rheinische Mission dari Jerman dimulai di Tanah Batak dan merupakan hari lahirnya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), ditandai dengan berundingnya empat orang Missionaris, Pdt. Heine, Pdt. J.C. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt membicarakan pembagian wilayah pelayanan di Tapanuli.
3. Misi Nommensen di Pulau Sumatra.
·         Pada Tanggal 14 Mei 1862 Nommensen memulai pelayanannya di Pandang dan diteruskan perjalannya ke tanah Batak.
4. Orang Batak yang dibaptis pertama.
·         25 Desember 1864 Pembaptisan Pertama kepada 3 orang di Gereja HKBP Sipirok, yaitu Thomas Siregar, Pilipus Harahap dan Johannes Hutabarat.
5. Orang Batak yang mengikuti Sekolah Pendeta
·         Pada Tahun 1883 Sekolah Pendeta Pertama dibuka dan 4 orang putera Batak pertama untuk Sekolah Pendeta, yaitu : Johannes Siregar, Markus Siregar, Petrus Nasution dan Johannes Sitompul. Tetapi, Johannes Sitompul wafat sebelum menyelesaikan studinya.
6. Orang Batak yang ditahbiskan menjadi Pendeta.
·         19 Juli 1885 Pemberkatan Pendeta Batak yang pertama di HKBP Pearaja, yakni : Johannes Siregar, Markus Siregar, Petrus Nasution.
5. Ephorus orang Batak yang memimpin HKBP
·         Pada Tahun 10 Mei 1940 semua Pendeta Jerman yang melayani di HKBP dipenjarakan Pemerintah Belanda Bulan Mei s/d Juli Ds. de Kleine menjadi Pejabat Ephorus. 10-11 Juli : Sinode Godang, Pdt. K. Sirait dipilih menjadi Voorzitter (Ephorus ) yang pertama dari Pendeta Batak.
3.1 Kesimpulan
Gereja HKBP yang saat ini berusia 152 Tahun, dan masih tetap ada sampai sekarang merupakan sebuah bentuk pemeliharan Tuhan terhadap Gereja HKBP. Tentunya berdirinya Gereja HKBP tidak terlepas dari Sejarah Pekabaran Injil di Tanah Batak. Badan Zending RMG adalah sebuah lembaga yang dahulunya pernah memberikan kontribusi besar lewat pengutusan para misionaris-misionaris yang terbeban dengan suku batak yang belum dijangkau oleh Injil, sehingga lewat kerja keras dan keinginan kuat para misionaris berhasil memenagkan jiwa-jiwa suku masyarakat batak, salah satunya tokohnya yakni Rev. Dr. IL. Nommensen yang diberikan gelar oleh masyarakat batak yaitu Rasul orang Batak. Dalam perkembangan HKBP menjadi gereja yang mampu berdiri sendiri tanpa lagi ketergantungannya dengan badan misi RMG, sehubungan dengan itu juga kemandirian dan keesaan HKBP mengalami krisis, sehingga di dalam kubu HKBP terpecah yang artinya memisahkan diri menjadi beberapa gereja yakni GKPS, GKPI dan GKLI.

DAFTAR PUSTAKA
Den End, Van, th. 1993. Ragi Carita 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Willem F.D. 1987. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
www. http//wikipedia. sejarah HKBP.html
www. http://wilkipedia. Garis waktu sejarah HKBP, diakses: Kamis, 28 Febuari 2013, Pukul, 21.00



[1] :http://batak.blogspot.com/2003/11/sejarah-berdirinya-hkbp.html diakses: Kamis, 28 Febuari 2013 Pukul: 18.00

[2] Kuliah Sejarah Gereja 4 di kampus STTCipanas, yang diampu oleh dosen tetap: Pdt. Leonard Hale, hari Selasa, 16.00-17.30 wib.
[3] F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja,  Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1987, Hal. 198.
[4] F.D. Willem, hal. 199-200
[5] www. http//wikipedia. sejarah HKBP, diakses: Kamis: 28 Febuari 2013, pukul. 18.20.
[6] Th. van den End, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia,1993. Hal. 175

[7] Diskusi antara Andre mahasiswa pascasarjan program Magister Teologi (M.Th) asal denominasi Gereja HKI (Huria Kristen Indonesia) bersama dengan arthur aritonang (HKBP) yang adalah mahasiswa STTCipanas. Selasa, pukul: 15.30
[8] www. http://wilkipedia. Garis waktu sejarah HKBP, diakses: Kamis, 28 Febuari 2013, Pukul, 21.00