1.
Pendahuluan.
Dalam pembahasan kali ini penulis paper
akan membahas mengenai penyimpangan seksual dampaknya bagi keluarga Kristen.
Penyimpangan seks berarti digolongkan bentuk ketidak normalan/ hubungan yang
tidak sehat dari arti dan fungsi sesungguhnya dari seks itu sendiri. Apa saja
bentuk penyimpangan seks itu? Bentuk dari penyimpangan seks ialah percabulan,
pelacuran/portitusi, mastrubasi, sodomi, inces, homoseksual, dan lesbian. Untuk
itulah penulis paper akan membahas lebih spesifik mengenai mastrubasi/onani.
1.1 Pengertian Onani/Mastrubasi.
Onani/Masturbasi[1]
adalah suatu tindakan secara sadar yang dilakukan oleh manusia dengan cara
menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga
menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik
tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan
pada bagian tubuh yang sensitif, namun tidak sama pada masing-masing orang,
misalnya: putting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (pada perempuan
terletak pada klistoris dan sekitar vagina: sedangkan pada laki-laki terletak
pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki melakukan onani dengan
meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klistorisnya hingga dapat
menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada
remaja laki-laki.[2]
1.2 Contoh
Kasus.
Masturbasi adalah salah satu contoh
perilaku seks remaja yang sering menjadi perbincangan hangat di kalangan
remaja, terbukti dari tahun ke tahun, angka perilaku masturbasi di kalangan
remaja semakin meningkat saja. Penelitian PILAR PKBI Jateng, sebuah LSM peduli
remaja di kota Semarang tahun 2002 melakukan penelitian di kalangan mahasiswa,
mencatat lebih dari 60% remaja menyalurkan dorongan seksnya dengan cara
masturbasi atau onani. Bahkan dr. Boyke dalam salah satu seminar pernah
menyampaikan, 80% remaja pernah melakukan onani minimal sekali, sehingga hal
ini menunjukkan masih banyak remaja sudah tahu, melakukan, namun belum memahami
dampak dan risiko dari masturbasi atau onani.
Masturbasi adalah sebuah perilaku seks yang dilakukan dengan cara merangsang alat kelamin (sendiri) untuk mendapatkan kepuasan seks. Belakangan ini ternyata masturbasi (onani) tidak hanya menjadi tren di kalangan remaja pria saja, tapi wanita pun juga melakukan, terbukti dari beberapa klien wanita yang sempat datang di klinik mengaku kalau pernah melakukan masturbasi. Bahkan tidak jarang pasangan suami istri yang (tentu) sudah banyak menikmati hubungan dengan pasangan pun pernah melakukan masturbasi sepanjang pernikahannya. Apalagi masturbasi bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun, dalam suasana apapun, tanpa harus menggunakan orang lain sebagai patner.[3]
Masturbasi adalah sebuah perilaku seks yang dilakukan dengan cara merangsang alat kelamin (sendiri) untuk mendapatkan kepuasan seks. Belakangan ini ternyata masturbasi (onani) tidak hanya menjadi tren di kalangan remaja pria saja, tapi wanita pun juga melakukan, terbukti dari beberapa klien wanita yang sempat datang di klinik mengaku kalau pernah melakukan masturbasi. Bahkan tidak jarang pasangan suami istri yang (tentu) sudah banyak menikmati hubungan dengan pasangan pun pernah melakukan masturbasi sepanjang pernikahannya. Apalagi masturbasi bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun, dalam suasana apapun, tanpa harus menggunakan orang lain sebagai patner.[3]
2.
Analisa Masalah.
Pada usia remaja memasuki masa usia 19 ke atas
merupakan fase, kematengan fungsi seksul hal itu memang wajar terjadi, itu
merupakan pertumbuhan yang normal dari biologis pada pria tersebut, tentunya
pada fase tersebut seorang pemuda mencari penyaluran dari dorongan seksual,
karena umumnya mereka mengetahui jikalu melakukan hubungan seksual tanpa
pernikahan tidak baik karena melanggar hukum dan agama, mereka mencari alternatif
dengan melakukan onani, yang adalah merangsang diri sendiri menggunakan tangan.
Yang mendorong remaja dan pemuda tersebut melakukan onani antara lain karena
mereka telah mengenal lawan jenis dan menjadi pecandu film porno akibat dari
perkembangan teknologi yang semakin berkembang, melihat perempuan cantik, yang
memiliki bentuk tubuh yang menarik, libido si pria yang memiliki pacar sehingga
takut terjeremus dari perzinahan pasif akhirnya melakukan onani, Laki-laki
selalu menyendiri tidak ada kerjaan, sehingga memunculkan pikiran yang tidak
sehat (kotor) yang membuat terjadinya dorongan untuk melakukan onani. Seorang
yang sudah terbiasa melakukan onani akan membuat orang tersebut menjadi seorang
pecandu, bahkan bisa melakukan onano sehari 2-3 dalam sehari.
3. Di tinjau dari
sudut Alkitab, Para Ahli, dsb?
Apakah Onani
boleh dilakukan dan apa dampaknya?
3.1 Ditinjau
dari Sisi Imu Kedokteran (Ilmu Kesehatan).
Dari sisi
Medis masturbasi tidak dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan, termasuk
sperma. Jadi, tidak ada gangguan kuantitas dan kualitas sperma yang disebabkan
melakukan masturbasi. Memang, masturbasi yang dilakukan secara tergesa-gesa
agar cepat mencapai ejakulasi dikhawatirkan dapat melatarbelakangi terjadinya
ejakulasi dini pada pria. Sementara itu, kalau Anda terlalu sering
melakukannya, tentu saja Anda akan merasa payah karena masturbasi. Sama
seperti hubungan seksual, onani juga memerlukan energi.[4]
Dr.
Boyke, seorang pakar di bidang seks, onani justru tidak berpengaruh sama sekali
dengan kesehatan kita. Secara psikis, onani bahkan dapat meredakan ketegangan
seksual tanpa harus melakukan kontak seksual. Saat ini, onani/masturbasi adalah
salah satu cara yang di gunakan untuk mengatasi ejakulasi dini. Onani
sebenarnya sama seperti melakukan hubungan seksual, bedanya onani di lakukan
sendiri, sedangkan hubungan seksual dilakukan dengan pasangan.[5]
3.2
Ditinjau dari Psikologi.
Menurut Dr. James Dobson, psikolog Kristen yang berpengalaman
mengatakan “Masalah Mastrubasi adalah masalah yang masih penuh perdebatan.
Sayang sekali saya tidak dapat berbicara atas nama Tuhan secara langsung dalam
pokok masalah ini, karena Alkitab sama sekali membisu mengenai perbuatan ini.
Maka menurut saya mastrubasi tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Inilah bagian
yang wajar dari masa pubertas yang tak melibatkan seorang lain pun. Ini
tidak menimbulkan penyakit, tidak menghasilkan bayi dan Yesus tidak menyebutkan
dalam Alkitab. Saya tidak mengajurkan anda untuk bermastrubasi, dan juga
anda tidak memerlukannya. Tetapi kalau anda telah melakukan beliau harap anda
tidak akan bergumul dengan perasaan bersalah karena tindakan tersebut.[6] Menurut
Hurlock mengatakan bahwa sekarang, ketika mereka (remaja) secara seksual sudah
matang, laki-laki maupun perempuan mulai mengembangkan sikap yang baru pada
lawan jenisnya, dan selain mengembangkan minat terhadap lawan jenis juga
mengembangkan minat pada pelbagai kegiatan yang melibatkan laki-laki dan
perempuan. Minat yang baru ini, yang mulai berkembang bila kematangan seksual
telah tercapai, bersifat romantis dan disertai dengan keinginan yang kuat untuk
memperoleh dukungan dari lawan.[7]
Selanjutnya Hurlock menyatakan, minat dan perilaku seks yang berkisar di
sekitar heteroseksual mempunyai dua unsur yang terpisah. Pertama, perkembangan
pola perilaku yang melibatkan anggota kedua kelompok seks, dan kedua,
perkembangan sikap sehubungan dengan hubungan kedua kelompok seks. Perbedaan
dengan kegiatan heteroseksual remaja di masa lampau terletak dalam dua hal:
pertama, tahap-tahap perilaku heteroseks saat ini lebih campur-aduk
dibandingkan dengan tahap di masa lampau, dan kedua, perilaku seksual sekarang
lebih bebas.[8] Berdasarkan
pernyataan Hurlock di atas, maka dapat dilihat bahwa pada masa remaja, seks
merupakan bagian dari perkembangan secara fisik (biologis). Dengan demikian
dapat dipastikan bahwa dalam masa remaja, masturbasi merupakan bagian dari
perkembangan biologis yang dialami oleh para remaja. Dalam ilmu psikologi,
kecenderungan remaja untuk masturbasi dilihat sebagai tindakan untuk
mendapatkan kenikmatan atau kesenangan seksual.
3.3
Ditinjau dari Alkitab.
Pandangan
Alkitab mengenai onani dalam Matius 5:28 “Tetapi aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia
dalam hatinya”. Sebagaimana yang disebutkan di atas tentu saja saya setuju
bahwa onani yang diiringi fantasi semacam itu merupakan pelanggaran atas Matius
5:28. Lebih lanjut lagiitu juga merupakan pelanggaran Hukum ke-10 “Jangan
mengingini ... apapun yang dipunyai seseamamu” (Kel 20:17). Hebert juga
sangat setuju bahwa banyak onani disertai fantasi adalah jahat.[9]
Selanjutnya Herbert menegaskan bahwa onani dapat dilakukan tanpa fantsi dan
hawa nafsu. Tuhan telah menciptakan kita sesuai dengan gambar-Nya dan memberi
atau menolak pikiran-pikiran yang jahat. Seseorang benar-benar menjadi kristen
ketika dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Bila hidupnya diarahkan oleh
prinsip-prinsip Kristus dan dia dipimpin oleh Roh Kudus, maka dia dapat melatih
diri sendiri untuk menolak pikiran-pikiran yang jahat.[10] Menurut
Jerry White sebagai berikut, masturbasi seharusnya tidak menjadi bagian dari
kehidupan seorang Kristen. Ayat-ayat dalam 1 Korintus 6:18-20, Galatia 5:19 dan
1 Tesalonika 4:3-7 dalam Alkitab berbicara tentang masalah penggunaan tubuh
kita secara tepat dalam seks. Paulus berkata, “ Karena inilah kehendak Allah:
pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing
mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup dalam pengudusan
dan penghormatan, bukan dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh
orang-orang yang tidak mengenal Allah (1 Tes. 4:3-5).[11]
Dalam penjelasan Jerry White di atas dapat dilihat bahwa dalam pandangan
Kristen, masturbasi sama sekali tidak dapat dibenarkan. Masturbasi
dipandang sebagai sebuah penyimpangan dari ketetapan untuk menguduskan
diri. Masturbasi selalu didasarkan pada hasrat seksual yang tinggi. Dalam
pandangan Alkitabiah, masturbasi merupakan tindakan cabul atau percabulan. Pernyataan
di atas memang masih menjadi perdebatan yang diperbincangkan. Akan tetapi pada dasarnya
tindakan masturbasi merupakan akibat dari hawa nafsu dan berahi yang tidak pada
tempatnya. Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Jerry White, walaupun kita
boleh, jadi tidak akan menyelesaikan semua pendapat yang menentang pernyataan bahwa
masturbasi adalah dosa, namun kita tidak dapat mengingkari bahwa hal
tersebut diakibatkan oleh hawa nafsu dan birahi yang tidak pada tempatnya.
Tetapi di dalam kebebasan yang kita miliki berdasar kasih karunia Allah, kita
boleh memilih melakukan apa yang
kudus dan benar dalam pandangan Allah.[12]
Robert Borrong dalam tulisan memberikan solusi agar tidak melakukan tindakan
mastrubasi yang tidak pada tempatnya yang dikemukakan oleh Jerry White yakni
bahwa nafsu seks disalurkan dengan cara lain misalnya kegiatan olahraga atau kegiatan
persahatan yang sehat yang meredam birahi yang bergejolak. Dengan cara ini hawa
nafsu dapat dikendalikan dan dikuasai.[13]
4. Dampak secara umum dari perilaku mastrubasi/onani:
a.
menjadi suatu kebiasaan dan bahkan menjadi sesuatu
kebutuhan, dari manusia itu sendiri, jikalau tidak melakukan mastrubasi/onani
merasa tidak nyaman.
b.
menguras energi yang mengakibatkan tubuh menjadi lemah/payah.
5. Kesimpulan dan Posisi Penulis.
Penulis, setuju
dengan dilakukanya onani oleh anak remaja (diwajarkan disebabkan masa
kematengan fungsi seksual), dewasa dan para suami sejauh tindakan tersebut
tidak menjadi kebiasaan. Karena jikalau seorang suami yang jauh dari pada
istrinya, tentunya suami yang baik tidak akan berhubungan seksul dengan
peremupan lain kecuali dengan istrinya, sehingga baik itu suami, dewasa, dan
remaja boleh melakukan onani, sebagai penyaluran alternatif untuk membuang air
mani (sperma). Tetapi harus juga dipahami suami, dewasa, dan remaja tersebut
tidak lah boleh berfantasi memikirkan perempuan lain yang ada dipikirannya
karena jika hal tersebut dilakukan hal tersebut digolongankan perzinahan pasif,
kecuali suaminya jika sudah memiliki pasangan hidup yakni istrinya yang
dipikirkan oleh suaminya. Onani tersebut baik dilakukan jikalau tidak
dileputi dengan rasa berdosa atau bersalah. Karena banyak orang merasa
ketika sesudah melukakan onani dikarenakan pandangan lain yang mengatakan air
mani (sprema) haruslah dibuang ke dalam vagina perempuan yang ada lah istrinya,
alasan lainnya karena berzinah dalam hati, ketika melakukan onani. Jadi onani
itu boleh dilakukan asal tidak berfantasi/ berzinah dalam hati. Dampak bagi
Keluarga Kristen ialah ketika seorang pria yang menjadi terbiasa dengan
aktivitas onani, maka dalam sebuah hubungan suami-istri dalam hubungan
bercintanya, pria tersebut cenderung, tidak menikmati hubungan seksual dengan
istri tersebut, suami dan istri sama-sama tidak mengalami kepuasaan dalam
hubungan seksualnya dan hal tersebut akan berdampak kurang baik bagi keutuhan
rumah tangga tersebut. Tentunya dalam sebuah keluarga Kristen, seks merupakan
salah satu faktor yang mendorong keharmonisan sebuah keluarga selain dari pada
komunikasi, saling mengasihi, dan kedekatan suami-istri dengan Allah yang
harmonis. Sekali lagi ditegaskan jikalau dalam kehidupan seks pasangan tersebut
kurang mendapatkan kepuasaan, tentunya akan menjadi kurang harmonisnya bagi keluarga
tersebut. Untuk itulah Onani boleh dilakukan sejauh tidak menjadi kebiasaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Borrong, Robert P.
Etika Seksual Kontemporer.
Bandung: Ink Media. 2006.
Hurlock, Elizabeth B.
Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. 2000.
Miles, Herbert J.
Seks Sebelum pernikahan.
Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1983.
Scheuneman D.
Romantika Kehidupan Orang Muda.
Malang: YPPII dan Gandum Mas. 1989.
White, Jerry.
Kejujuran Moral dan Hati Nurani. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004.
[1]Dari cerita yang
ditemukan Istilah Onani sendiri, berasal dari kata Onan, kisah ini diceritakan
dalam Perjanjian Lama (Injil) salah seorang anak dari Judas, bahwa Onan disuruh
oleh ayahnya (Judas) untukcerita yang
ditemukan Istilah Onani sendiri, berasal dari kata Onan, kisah ini diceritakan
dalam Perjanjian Lama (Injil) salah seorang anak dari Judas, bahwa Onan disuruh
oleh ayahnya (Judas) untuk bersetubuh dengan istri kakaknya, namun Onan tidak
bisa melakukannya sehingga saat mencapai puncaknya, dia membuang spermanya
(mani) di luar dari situlah timbul istilah bila seseorang mengeluarkan mani
diluar vagina disebut Onani.
[2] http://oyayo.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-menstruasi-dan-onani.html, diakses:
Senin, 11-03-2013 Pukul 20:25
[3] http://dokteriwan.blogspot.com/2007/03/remaja-pasutri-dan-masturbasi-1-dewasa.html, diakses:
Senin, 11-03-2013 Pukul, 19:45
[5]http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/02/25/melakukan-onani-itu-tidak-berbahaya-81444.html, diakses: Senin, 11-03-2013, Pukul 19.36
[6] D. Scheuneman, Romantika Kehidupan Orang Muda, Malang:
YPPII dan Gandum Mas, 1989. hal.35-36.
[8] Elizabeth B
Hurlock, hal. 240.
[9] Herbert J.
Miles, “Seks Sebelum pernikahan.”
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983. hal. 151.
[10] Herbert J.
Miles, hal. 152.
[11] Jerry White, Kejujuran Moral dan Hati Nurani, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2004, hal. 184.
[12] Jerry White, Kejujuran Moral dan Hati Nurani hal.
184.
[13] Dr. Robert
Borrong, Etika Seksual Kontemporer, Bandung:
INK Media, 2006, hal. 35.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking